Selasa, 05 Januari 2016

Artikel Kesehatan Reproduksi Remaja

Artikel Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Pengertian dari kesehatan reproduksi merupakan suatu kondisi atau keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua aspek  yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan juga prosesnya tapi juga meliputi keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial.
WHO sendiri mendefinisikan kesehatan reproduksi adalah kondisi kesehatan dari segi fisik, mental dan sosial yang utuh, serta tidak hanya bebas dari penyakit dalam segala aspek yang saling berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan juga prosesnya.

Apa itu kesehatan reproduksi bagi remaja?
Reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup.  KESEHATAN REPRODUKSI (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994). So.. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.

Mengapa Remaja Perlu Mengetahui Kesehatan Reproduksi?
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi

Mengapa penting menjaga kesehatan reproduksi?
Untuk menghindari penyakit-penyakit yang tidak diinginkan, kita haruslah menjaga kesehatan reproduksi kita karena ini sangat penting dan tidak boleh dianggap sepele. Karena pelayanan kesehatan yang terkait dengan kesehatan reproduksi sering diabaikan. Bukan hanya terhadap perempuan tetapi juga terhadap laki-laki dan lebih khusus lagi di kalangan remaja. Kesadaran terhadap kesehatan reproduksipun ternyata masih rendah. Selain karena biaya untuk berobat yang dinilai mahal juga kekhawatiran identitas akan dibeberkan. Ada pula yang lebih ironis yaitu alasan mendasar yang membuat mereka jarang bahkan tidak pernah memperhatikan kesehatan reproduksi karena mereka tidak mengetahui sama sekali apa yang harus diperiksa dan ke mana mereka dapat memeriksa kesehatan

Apa itu pubertas?
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini.  Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini. 
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.

Resiko-resiko terkait kesehatan reproduksi
Jenis resiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi remaja antara lain adalah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, penyakit menular seksual (PMS), kekerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Resiko ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, yaitu tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup. 
Bagi remaja putri, mereka kekurangan informasi dasar mengenai ketrampilan menegosiasi hubungan seksual dengan pasangannya. Mereka juga memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan formal dan pekerjaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan dan pemberdayaan mereka untuk menunda perkawinan dan kehamilan serta mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki. 
Kadangkala pencetus perilaku atau kebiasaan tidak sehat pada remaja justru adalah akibat ketidak-harmonisan ayah-ibu, sikap orang tua yang menabukan pertanyaan aanak/remaja tentang fungsi/proses reproduksi dan penyebab rangsangan seksual (libido), serta frekuensi tindak kekerasan anak (child physical abuse).

Hal-hal yang mencangkup tentang kesehatan reproduksi adalah:
1. Seseorang mempunyai hak untuk dapat memperoleh kehidupan seksual yang memuaskan dan aman serta mempunyai kemampuan untuk bereproduksi.
2. Mempunyai kebebasan untuk menentukan seberapa sering atau banyak dalam melakukannya.
3. Hak untuk memperoleh informasi serta aksebilitas yang aman, efektif serta terjangkau baik secara ekonomi maupun kultural dari laki-laki dan perempuan.
4. Hak untuk memperoleh tingkat pelayanan kesehatan yang memadai sehingga seorang perempuan merasa aman dalam menjalani proses kehamilan.

Kesehatan Reproduksi Remaja
Secara keseluruhan dapat dikelompokan beberapa golongan yang dapat berdampak buruk untuk kesehatan reproduksi yaitu:
1. Faktor ekonomi-sosial dan demografi terutama mereka yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, hidup dalam kemiskinan serta ketidaktahuan terhadap perkembangan seksual dan proses produksi, terpencilnya lokasi tempat tinggal.
2. Faktor lingkungan dan budaya contohnya berdampak buruknya praktek tradisional bagi kesehatan reproduksi, percaya terhadap mitos banyak anak banyak rejeki, saling berlawanan satu dengan yang lain informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja.
3. Faktor psikologis, adanya keretakan rumah tangga orangtua dapat berdampak pada anak atau remaja, karena ketidakseimbangan hormonal menjadi depresi.
4. Faktor biologis misal mengalami cacat sejak lahir, pada saluran reproduksi pasca penyakit menular mengalami cacat.

Perlu diberikan di sekolah dan di keluarga
Informasi yang didapatkan remaja haruslah informasi yang benar, seharusnya di sekolah dan di rumah juga diajarkan kesehatan reproduksi remaja. Adanya pengetahuan yang benar tentang kesehatan reproduksi remaja maka kita dapat menghindari hal-hal negatif yang bisa dilakukan remaja.
Terutama di era globalisasi seperti sekarang ini yang sangat mudah untuk mengakses berbagai informasi. Apalagi untuk remaja yang hidup di daerah perkotaan karena informasi dapat masuk dengan mudahnya.


Untuk Mencegah
§     Perilaku seks pra nikah
§     Penularan penyakit kelamin
§     Aids
§     Aborsi
§     Kanker yang diakibatkan sex bebas
§     Gradasi moral remaja
§     Kahamilan terjadi di luar nikah
§     Generasi muda mempunyai masa depan suram

Agar pendidikan kesehatan reproduksi yang remaja terima menjadi lengkap. Ada 7 komponen topic yang harus ada :
1. Keadilan dan kesetaraan gender : (gender dan jenis kelamin, peran gender, maskulinitas dan femininitas;, perlindungan)
2. Kesehatan reproduksi dan seksual serta HIV-AIDS : (memahami IMS dan HIV, kehamilan, respon seksual, hidup dengan HIV, anatomi, seksualitas)
3. Hak asasi manusia serta hak reproduksi dan seksual : (Hak asasi manusia, kebijakan, hukum dan strucutues, layanan dan sumber daya, partisipasi, choicejoyable dan konsensual; seks lebih dari hubungan, biologi dan emosi, masturbasi, hubungan dan komunikasi)
4. Aspek positif dari seksualitas : (seks harus memenuhi norma-norma dan nilai-nilai sosial, ketidaksetaraan gender)
5. Kekerasan berbasis gender dan seksual : (jenis, hak dan hukum, opsi dukungan, norma masyarakat dan mitos tentang kekuasaan dan gender; pencegahan; referral)
6. Keberagaman : (kisaran keanekaragaman, misalnya iman, budaya, etnis, kemampuan / ketidakmampuan, orientasi seksual, gender, identitas seksual, status HIV, diskriminasi)
7. Hubungan antar manusia : (emosi, keintiman (emosional dan fisik), hak dan tanggung jawab; dinamika kekuasaan; pemaksaan)